Alat Tangkap Arad
Tugas Observasi Lapangan Alat Tangkap Arad
![Description: C:\Users\User\Pictures\Logo-Resmi-Untirta.jpg](file:///C:/Users/TOSHIBA/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image002.jpg)
Disusun
Oleh
Jaenudin
FAKULTAS PERTANIAN
JURUSAN PERIKANAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2017
1. PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Pelabuhan Perikanan
Nusantara (PPN) Karangantu terletak di Kecamatan Kasemen Kota Serang. Pelabuhan
Perikanan Karangantu dibangun pada tahun 1975/1976 dengan luas tanah 2,5 ha.
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor 311/Kpts/Org/5/1978 Tanggal
25 Mei 1978 Pelabuhan Perikanan Karangantu secara resmi dioperasionalkan dan
menjadi Unit PelaksanaTeknis (UPT) Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap dengan
nama PelabuhanPerikanan Pantai (PPP) Karangantu. Seiring dengan berkembang dan meningkatnya
kegiatan operasional pelabuhan, maka pada Tanggal 30 Desember 2010 melalui
Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik IndonesiaNomor:
PER.29/MEN/2010 Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Karangantu berganti nama dan meningkat
kelasnya menjadi Pelabuhan Perikanan Nusantara(PPN) Karangantu (PPN Karangantu
2011)
Potensi sumberdaya
perikanan di PPN Karangantu yaitu panjang pantai sekitar 120 km yang membentang
dari pantai sebelah barat hingga pantai sebelah timur, dengan luas laut 64,40 km2 dan luas perairan umum
125 km2. Mayoritas nelayan yang ada di PPN Karangantu termasuk dalam
usaha penangkapan ikan skala kecil yang dilaksanakan one day fishing.
Kapal merupakan salah
satu komponen unit penangkapan ikan yang mempunyai peran penting dalam
mendukung kegiatan operasi penangkapan ikan. Jenis kapal yang ada di PPN
Karangantu adalah motor tempel (MT) dan kapal motor (KM). Secara umum kapal
yang ada di PPN Karangantu terbuat dari kayu dengan bahan bakar solar. Salah
satunya yaitu alat tangkap Arad untuk menangkap Rajungan yang sampai sekarang
masih di oprasikan di PPN Karangantu. Alat penangkapan ikan tersebut masih
bersifat tradisional dan merupakan usaha penangkapan ikan dengan skala kecil
yang operasi penangkapan ikan didominasi secara one day fishing. Produksi ikan hasil tangkapan yang didaratkan juga
merupakan yang terbesar dibandingkan dengan pelabuhan perikanan yang ada di
sekitarnya yaitu 93 % (2.797 ton) di Kota dan Kabupaten Serang pada tahun 2013.
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Nelayan
Masyarakat yang
melakukan usaha perikanan di lingkungan PPN Karangantu terdiri atas nelayan,
pemilik kapal, penjual ikan dan lainnya. Nelayan PPN Karangantu tidak hanya
berasal dari penduduk setempat, tetapi ada juga pendatang dari Brebes,
Indramayu, Lampung, Subang dan Pandeglang.
2.2
Alat Penangkapan Ikan
Alat penangkapan ikan
merupakan komponen dari unit penangkapan ikan yang berpengaruh terhadap jenis
ikan hasil tangkapan. Hal ini berkaitan dengan tingkah laku ikan itu sendiri.
Alat penangkapan ikan yang dioperasikan oleh nelayan lokal dan luar daerah yang
mendaratkan ikan hasil tangkapannya di PPN Karangantu adalah bagan tancap,
jaring insang (gillnet), payang, dogol, jaring rampus, jaring rajungan dan
pancing kotrek. Alat penangkapan ikan tersebut umumnya masih bersifat
tradisional dan merupakan usaha penangkapan ikan dengan skala kecil yang
operasi penangkapan ikan didominasi secara one
day fishing.
2.3
Unit Penangkapan Ikan
Unit penangkapan ikan
merupakan satu kesatuan teknis dalam operasi penangkapan ikan, terdiri atas
kapal penangkapan ikan, alat penangkapan ikan dan nelayan. Ketiga komponen
tersebut saling berkaitan dan sangat berpengaruh terhadap keberhasilan dalam
kegiatan operasi penangkapan ikan.
2.4
Alat Tangkap Arad
Jaring Arad merupakan
salah satu alat tangkap yang termasuk di dalam klasifikasi jaring trawl, karena
ukurannya kecil sehingga disebut juga mini trawl dan bekerjanya di dasar
perairan sama seperti trawl-trawl yang lain sehingga disebut small bottom trawl. Pengoperasian jaring
arad ini dikhususkan untuk menangkap ikan demersal, karena adanya sistem
membuka dan menutupnya mulut jaring karena adanya papan otter (other board) yang dipasang pada bagian
depan ujung sayap (wing), otter trawl ini merupakan trawl dasar yang bagian
mulutnya tidak kaku karena tidak di pasang beam (Ayodhyoa 1981).
Menurut Naryo Sadhori
(1973), jaring arad adalah jaring yang terdiri dari bagian-bagian kantong,
sayap dan mulut dan dilengkapi dengan kayu (danleno)
pada sayap tegak dan sebuah palang (beam)
mendatar untuk membuat mulut jaring yang terbuka bila ditarik sepanjang dasar
perairan. Namun akhir-akhir ini nama arad juga berkembang sejalan dengan
perkembangan sejenis jaring pukat yang pengoperasiannya ditarik (pukat tarik)
dengan menggunakan perahu atau kapal di dasar perairan.
Mengenai bentuk umum
daripada jaring arad terdiri dari sepasang sayap atau kaki yang berukuran
panjang ± 20 – 30 meter, lebar bagian terujung adalah 1 meter (Mulyono 1986). Semenjak
diberlakukannya Keppres No. 39/1980 tentang penghapusan dan dilarangnya alat
tangkap trawl (pukat harimau) baik besar maupun kecil baik yang menyerupainya
untuk beroperasi di wilayah pantai Indonesia, maka berbagai jenis alat tangkap
pengganti dan alternatif mulai bermunculan dan berkembang di nelayan.
2.4.1
Klasifikasi Arad
Klasifikasi jaring arad menurut A. Von Brandt
(1984) didasarkan ada dan tidaknya kantong pada pukat dan cara
pengoperasiannya. Berdasarkan ada dan tidaknya kantong pada pukat , jaring
pukat terbagi menjadi dua yaitu:
- Pukat berkantong (seine net with bag)
- Pukat tanpa kantong (seine nets with
bag)
Berdasarkan pada cara
pengoperasiannya, pukat juga dibagi menjadi dua kelompok basar yaitu:
-
Pukat dengan perahu (boat seine)
- Pukat pantai (beach seine)
Berdasarkan posisi
penarikan jaring, arad disebut sebagai small
bottom trawl karena jaring arad ditarik sepanjang dasar perairan.
Berdasarkan klasifikasi
A. Von Brandt di atas maka jaring arad termasuk dalam pukat berkantong (seine net with bag) dengan menggunakan
perahu dalam pengoperasiannya (boat seine).
Menurut BPPI (1991), jaring arad dikategorikan ke dalam otter trawl. Hal ini
didasarkan pada kontruksinya yang menggunakan otter baord dan cara pengoperasiannya dengan cara ditarik. Sedangkan
menurut Zarochman et al (1993) dalam
klasifikasi alat tangkap yang disesuaikan untuk perairan Indonesia yang
berdasarkan ISSCGF (International
Standart of Commercial Fishing Gear), menggolongakan jaring arad ke dalam
pukat pantai. Berdasarkan statistika perikanan Indonesia Jaring Arad Termasuk
dalam kelompok trawl,yang dilengkapi dengan sayap, badan dan kantong
2.4.2
Metode dan Cara Pengoperasian Arad
Metode pengoperasian pada Arad yaitu dengan
cara menyaring ikan-ikan yang ada di perairan. Pengoperasian pukat hela arad
dilakukan dengan menghela di belakang perahu yang sedang berjalan.Kelengkapan
pukat hela arad yang berupa papan rentang (otter
board) digunakan sebagai alat pembuka mulut pukat.
Metode pengoperasian pukat hela dasar, baik yang dilengkapi dengan papan
rentang, palang atau gawang, maupun dengan dua kapal sebagai alat pembuka mulut
jaring dihela di belakang kapal, termasuk arad. Posisi pukat menyapu dasar
perairan.
Dalam mengoperasikan Small Bottom Trawl
hal-hal yang harus diperhatikan yaitu:
1. Persiapan
Sebelum operasi
penangkapan ikan, segala sesuatunya peralatan mulai dari perlengkapan
operasional agar dipersiapkan secara teliti, seperti penyusunan alat di
tempatnya agar mudah diturunkan. Pemeriksaan mesin-mesin, pemeriksaan palka,
perbekalan es dan sebagainya.
2. Daerah Penangkapan
Setelah segala
persiapan dilakukan dengan sempurna, barulah kapal dapat di layarkan menuju
tempat atau daerah penangkapan yang telah direncanakan. Daerah penangkapan yang
cocok untuk trawl adalah daerah perairan yang mempunyai dasar rata pada
umumnya.
3. Penurunan Jaring
Penurunan jaring dengan
menggunakan trawl dapat dilakukan pada setiap saat baik itu siang maupun malam
hari asalkan ruang cukup baik dan memungkinkan untuk penurunan jaring. Setelah
kapal sampai pada daerah penangkapan , penurunan jaring mula-mula dari bagian
belakang (cod end), belly, sayap,
otter board dan yang terakhir kali penarik (warp).
4. Penarikan Jaring
Selang operasi jaring
tersebut terus ditarik selama kira-kira 40 menit, kemudian baru dinaikkan
kembali keatas kapal untuk mengambil ikannya.
5. Penarikan Alat
Urutan penarikan alat
adalah kebalikan dari penurunan jaring, bila seluruh bagian jaring telah naik
ke atas kapal, maka pengambilan ikan dapat segera dilakukan.
Menurut Balai Pengembangan
Penangkapan Ikan (1996), pengoperasian alat tangkap jaring arad adalah sebagai
berikut:
1. Kapal menuju daerah penangkapan (fishing ground);
2. Setelah sampai di fishing ground,
kecepatan kapal dikurangi. Melalui bagian kiri atau
kanan samping kapal, setting dimulai
dengan penurunan bagian kantong, badan dan sayap. Setelah semua bagian jaring
berada di permukaan air, jaring tersebut ditarik supaya kedudukan kedua sayap
sejajar. Selanjutnya kedua papan diturunkan bersama-sama dan dibiarakan
melayang di permukaan air sambil ditarik sampai posisi kedua papan tersebut
sempurna;
3. Pada saat penurunan tali penarik, gerakan
perahu agak dipercepat. Panjang tali penarik
(towing rope) disesuaikan dengan kedalaman perairan;
4. Ujung tali penarik diikat pada bagian
depan perahu sedangkan di bagian buritan kanan
tali penarik tersebut ditarik sejajar perahu, harapannya posisi jaring berada
pada belakang perahu;
5. Perahu bergerak ke depan dengan
kecepatan kurang lebih 3 knot dan jaring ditarik selama 1 - 3 jam;
6.
Setelah penarikan jaring selesai, mesin kapal dimatikan dan dilakukan penarikan jaring dengan menggunakan tenaga manusia
sehingga seluruh jaring terangkat;
7.
Hasil tangkapan dikeluarkan dengan membuka tali pengikat kantong;
8.
Jaring dan tali-temali disusun kembali untuk operasi selanjutnya.
2.4.3 Konstruksi Arad
Konstruksi arad memberikan informasi teknis berupa komponen dan material
yang terdapat dari setiap bagian arad. Komponen utama dari jaring arad antara
lain terdiri dari:
1. Sayap/kaki jaring (wing)
Badan jaring yang
terpanjang dan terletak di ujung depan dari pukat hela. Sayap jaring terdiri
dari sayap atas (upper wing) dan sayap bawah (lower wing).
2. Medan jaring atas (square)
Bagian jaring yang
terletak di ujung mulut dengan posisi menjorok ke depan. Panjang square dapat
diukur sebagai selisih antara panjang sayap samping dengan panjang sayap atas.
3. Badan jaring (body)
Bagian jaring dari
pukat hela yang terletak diantara bagian sayap jaring dan bagian kantong jaring.
Badan jaring terdiri dari beberapa kisi jaring yang berbentuk trapesium.
4. Kantong jaring (cod end)
Bagian jaring yang
terpendek dan terletak di ujung belakang pukat hela.
5. Tali temali
a. Tali ris atas (head rope)
Tali yang berfungsi untuk menggantungkan dan
menghubungkan kedua sayap jaring bagian atas.
b. Tali ris bawah (ground rope)
Tali yang berfungsi untuk menghubungkan kedua sayap
jaring bagian bawah melalui mulut jaring bagian bawah.
c. Tali selambar (warp rope)
Tali yang berfungsi sebagai penghela dan menarik
pukat hela keatas kapal.
d. Tali cabang
Talia tau rantai bercabang yang letaknya antara
papan rentang dengan tali selambar.
e. Tali pelampung (float line)
Tali yang dipergunakan untuk menempatkan dan
mengikatkan pelampung.
f. Tali pemberat (sinker line)
Tali yang dipergunakan untuk menempatkan dan
mengikatkan pemberat
6. Pemberat (sinker)
Benda yang mempunyai
daya tenggelam. Pemasangan pada bagian tali pemberat yang berfungsi untuk
menenggelamkan pukat
7. Pelampung (float)
Benda
yang mempunyai daya apung. Dipasang pada tali pelampung. Berfungsi sebagai
pengapung pukat
![Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjcH0rGsHynZmTUXNueIJUCMX6KJtSsbVEO2NcuKcnY0lWunoGNiCOQgo4npUx3h6X0hdVnk7Fr1Ix7cO2svxeuYWTid87fQ_VcVmfQA2A6rFdmBiL7K7Ws4hCQ2HMxlAiiwy0WP-U2V4o/s1600/20+arad.jpg](file:///C:/Users/TOSHIBA/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image002.jpg)
Gambar 1. Kontruksi jaring arad
Keterangan:
1. Top wing
2. Lower wing
3. Square
4. Belly
5. Flapper
6. Cod end
4. HASIL
Harga
kapal : 15 jt bekas, harga baru 60 juta belum termasuk mesin dan alat tangkap
Harga
alat tangkap rajungan : 1 kg (65.000) alat tangkap rajungan ini beratnya kurang
lebih 10kg
Pengoprasian
alat tangkap 1x oprasi : 200.000 mulai dari solar sampai ke makanan
Paling
banyak hasil tangkapan : 500.000 kadang tidak dapat sama sekali
Harga
rajungan : 55.000/1kg rajungan
Kendala
: cuaca, jaring nyangkut pada bambo bagan yang rusak saat pengoprasian sehingga
jaring bolong
Panjang
kapal : 10 meter
Lebar
kapal : 2 meter
Timah
untuk pemberat jaring : secukupnya, kalau misalnya kurang tinggal ditambahkan
Mesin
kapal : Donfeng
Jumblah
ABK dikapal : 2 orang
Untuk
penarikan alat tangkap pada saat oprasi
: 4 sampai 5 kali penarikan
Kedalaman
pengoprasian alat tangkap : 10 sampai 15 meter
Daerah
penangkapan ikan : 2 mil dari PPN Karangantu masih Teluk Banten
Tangkapan
utama : kepiting rajungan
Hasil
tangkapan samping : udang, cumi, ikan sebelah dan lainya
Lama
perendaman jaring : 1 sampai 2 jam
DAFUS
Ayodhyoa, A. U.
1981. Metode Penangkapan Ikan. Yayasan Dewi Sri: Bogor. 97 hal.
Sadhori, S Naryo, 1973. Teknik
Penangkapan Ikan. Angkasa. Bandung.
Mulyono.
1986. Alat-Alat Penangkapan Ikan.
Dinas Perikanan Produksi Tingkat I Jawa Tengah, Semarang.
Von
Brandt, A. 1984. Fish Catching Methods of the World. Fishing News Books
Ltd. London.
BPPI. (1991). Paket Teknologi Penangkapan Ikan Rawai Basah, Balai Pengembangan
Penangkapan Ikan, Semarang.
DAFUS
YANG WARNA MERAH BELUM KETEMU DICARI YA…..!
Komentar
Posting Komentar